Cerita Rakyat: Pengertian, Jenis, hingga Manfaatnya

Cerita rakyat merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang mencerminkan nilai-nilai dan kearifan lokal yang ada dalam masyarakat. Sebagai bagian dari budaya, cerita rakyat memiliki peranan penting dalam mempengaruhi cara pandang dan sikap seseorang terhadap lingkungan dan orang lain. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam berbagai aspek yang terkait dengan jenis karya tulis ini, mulai dari pengertian, ciri-ciri, unsur-unsur, hingga jenis-jenis cerita rakyat yang ada.

Apa itu Cerita Rakyat

Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari kebudayaan masyarakat dan telah diwariskan secara turun-temurun melalui lisan atau tulisan. Cerita ini biasanya mengandung pesan moral dan kearifan lokal yang dapat dijadikan sebagai pedoman hidup. Sebagai contoh, jenis cerita ini yang terkenal seperti “Lutung Kasarung” atau “Malin Kundang” mengajarkan nilai-nilai kehidupan seperti kejujuran, kesetiaan, dan penghormatan kepada orang tua.

Pengertian Cerita Rakyat Menurut Para Ahli

Berbagai ahli telah memberikan pengertian tentang cerita rakyat, diantaranya adalah:

  1. Sartono Kartodirdjo (1984) menyatakan bahwa cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang di kalangan rakyat secara lisan maupun tulisan, serta mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman hidup.
  2. Danandjaja (1991) mengemukakan bahwa cerita rakyat adalah cerita yang telah menjadi milik masyarakat secara luas, diwariskan dari generasi ke generasi dalam bentuk lisan atau tulisan, dan mengandung ajaran moral atau kearifan lokal.

Ciri-ciri Cerita Rakyat

Ciri-ciri cerita rakyat merupakan karakteristik yang dapat membantu kita mengidentifikasi dan membedakan cerita rakyat dari jenis karya sastra lainnya. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri jenis karya tulis ini:

  1. Bersifat anonim: Umumnya tidak diketahui siapa pengarang atau penciptanya, karena cerita tersebut telah diwariskan secara turun-temurun melalui tradisi lisan. Hal ini berbeda dengan karya sastra lain seperti novel atau cerpen yang memiliki pengarang yang jelas.
  2. Berasal dari kebudayaan rakyat: Mencerminkan kearifan lokal, nilai-nilai, dan adat istiadat masyarakat yang menciptakannya. Karya ini merupakan hasil kreasi masyarakat dan merefleksikan cara pandang serta kepercayaan yang ada dalam suatu kelompok atau masyarakat.
  3. Memiliki pesan moral dan kearifan lokal: Salah satu tujuan utama jenis karya tulis ini adalah untuk menyampaikan pesan moral dan kearifan lokal kepada generasi penerus. Cerita rakyat sering mengandung ajaran tentang kejujuran, keadilan, keberanian, kesetiaan, dan lain-lain yang dianggap penting oleh masyarakat penciptanya.
  4. Tokoh dan latar yang khas: Biasanya jenis cerita ini memiliki tokoh yang khas, seperti tokoh yang memiliki kekuatan magis, tokoh yang sangat bijaksana, atau tokoh yang sangat jahat. Latar cerita rakyat juga khas dan mencerminkan kondisi geografis, sosial, dan budaya masyarakat yang menciptakannya.
  5. Mengandung unsur magis atau supernatural: Dalam cerita rakyat, sering terdapat unsur magis atau supernatural yang menjadi bagian integral dari cerita. Hal ini bisa berupa kehadiran dewa, roh, atau makhluk gaib lainnya, serta peristiwa-peristiwa ajaib yang tidak dapat dijelaskan secara logika.
  6. Pola alur yang sederhana: Umumnya memiliki pola alur yang sederhana, dengan konflik yang jelas dan mudah dipahami. Alur cerita ini biasanya berpusat pada perjuangan tokoh utama untuk mengatasi rintangan atau mencapai tujuan tertentu.
  7. Struktur cerita yang klasik: Cerita ini biasanya mengikuti struktur cerita klasik yang terdiri dari pengantar, pengembangan konflik, klimaks, dan penyelesaian. Struktur ini membantu pembaca atau pendengar untuk mengikuti jalannya cerita dan memahami pesan yang ingin disampaikan.
  8. Diwariskan secara turun-temurun: Cerita ini diwariskan dari generasi ke generasi melalui tradisi lisan atau tulisan. Proses ini memungkinkan cerita rakyat untuk tetap hidup dan berkembang seiring berjalannya waktu, sekaligus menjaga nilai-nilai dan kearifan lokal yang terkandung di dalamnya.

Unsur-unsur Cerita Rakyat

Unsur-unsur Cerita Rakyat

Unsur-unsur cerita rakyat meliputi beberapa elemen penting, seperti:

  1. Tema: Tema dalam jenis cerita ini berkaitan dengan ide pokok atau pesan yang ingin disampaikan dalam cerita tersebut. Tema ini biasanya mencerminkan nilai-nilai luhur yang dianut oleh masyarakat, seperti kejujuran, keadilan, dan keberanian.
  2. Amanat: Amanat adalah pesan moral atau kearifan lokal yang ingin disampaikan melalui jenis cerita ini. Amanat ini bertujuan untuk memberikan nasihat atau petuah kepada pembaca atau pendengar cerita.
  3. Alur: Alur adalah rangkaian peristiwa dalam jenis cerita ini yang saling berkaitan. Alur ini membantu pembaca atau pendengar untuk mengikuti jalannya cerita dan memahami pesan yang ingin disampaikan.
  4. Latar: Latar mencakup tempat, waktu, dan suasana yang ada dalam cerita. Latar ini memberikan konteks bagi cerita dan membantu pembaca atau pendengar untuk membayangkan situasi yang terjadi dalam cerita tersebut.
  5. Tokoh: Tokoh adalah pelaku dalam jenis cerita ini yang berperan dalam menjalankan alur cerita. Tokoh-tokoh ini bisa berupa manusia, hewan, atau makhluk gaib yang memiliki karakteristik tertentu.

Jenis-jenis Cerita Rakyat dan Contohnya

Jenis-jenis cerita rakyat mencerminkan kekayaan dan keberagaman budaya yang ada di masyarakat. Berikut ini adalah beberapa jenisnya beserta contoh-contohnya:

  1. Mitos: Mitos adalah cerita yang berkaitan dengan kepercayaan masyarakat terhadap dewa, roh, atau makhluk gaib lainnya. Mitos biasanya menjelaskan asal-usul alam semesta, fenomena alam, atau kejadian sejarah yang penting. Contoh mitos adalah cerita Nyi Roro Kidul yang merupakan legenda tentang ratu penguasa laut selatan di Jawa.
  2. Legenda: Legenda adalah cerita yang berkaitan dengan tokoh atau peristiwa sejarah yang nyata, tetapi seringkali dihiasi dengan elemen magis atau supernatural. Legenda biasanya menggambarkan kehidupan tokoh yang dianggap memiliki nilai heroik, bijaksana, atau luar biasa. Contoh legenda adalah cerita Sangkuriang yang berasal dari Jawa Barat, yang mengisahkan tentang asal-usul terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu dan Danau Bandung.
  3. Fabel: Fabel adalah cerita yang mengisahkan tentang hewan atau makhluk fiksi yang berperilaku seperti manusia. Fabel biasanya memiliki pesan moral yang ingin disampaikan kepada pembaca atau pendengar. Contoh fabel adalah cerita Kancil dan Buaya yang berasal dari Indonesia, yang mengajarkan tentang kecerdikan dan kebijaksanaan.
  4. Dongeng: Dongeng adalah cerita yang penuh dengan imajinasi dan khayalan, serta memiliki unsur magis atau supernatural yang kuat. Dongeng biasanya diceritakan sebagai hiburan, tetapi juga sering mengandung pesan moral dan kearifan lokal. Contoh dongeng adalah cerita Cinderella yang berasal dari Eropa, yang mengisahkan tentang seorang gadis yang mengalami transformasi ajaib berkat bantuan peri.
  5. Hikayat: Hikayat adalah cerita yang berasal dari tradisi sastra Melayu dan seringkali ditulis dalam bentuk prosa. Hikayat biasanya mengisahkan tentang sejarah, kehidupan tokoh penting, atau peristiwa yang memiliki nilai sejarah atau keagamaan. Contoh hikayat adalah Hikayat Hang Tuah yang berasal dari Malaysia, yang mengisahkan tentang kehidupan seorang kesatria Melayu yang legendaris.
  6. Kisah: Kisah adalah cerita yang mengisahkan perjuangan atau petualangan tokoh dalam menghadapi berbagai rintangan dan ujian. Kisah seringkali memiliki unsur sejarah, keagamaan, atau kehidupan sosial masyarakat yang menciptakannya. Contoh kisah adalah Kisah Seribu Satu Malam yang berasal dari Timur Tengah, yang berisi kumpulan cerita mengenai kehidupan, cinta, dan petualangan.

Unsur Instrinsik

Unsur instrinsik adalah elemen-elemen yang ada di dalam suatu karya sastra, termasuk cerita rakyat, yang membentuk struktur dan karakteristik karya tersebut. Berikut ini adalah unsur instrinsik di dalam jenis cerita ini yang dijelaskan secara lebih rinci, detail, dan lengkap:

  1. Tema: Tema merupakan ide pokok atau gagasan utama yang menjadi fokus dalam cerita rakyat. Tema bisa berupa konflik, perjuangan, cinta, persahabatan, keadilan, atau nilai-nilai moral yang ingin disampaikan oleh cerita tersebut.
  2. Alur atau plot: Alur adalah rangkaian peristiwa yang terjadi dalam cerita rakyat dan menjadi tulang punggung cerita. Alur mencakup tahapan eksposisi, pengembangan konflik, klimaks, penurunan aksi, dan resolusi atau penyelesaian. Alur cerita ini biasanya sederhana, dengan konflik yang jelas dan mudah dipahami.
  3. Tokoh: Tokoh adalah pelaku dalam cerita rakyat yang menjalani peristiwa-peristiwa yang ada dalam cerita. Tokoh dalam cerita ini biasanya terdiri dari tokoh protagonis (tokoh utama), antagonis (tokoh yang menjadi lawan atau musuh), dan tokoh pembantu (tokoh yang membantu tokoh utama dalam mengatasi konflik). Tokoh dalam cerita ini sering memiliki karakteristik yang khas dan mudah diingat.
  4. Latar: Latar adalah tempat dan waktu di mana peristiwa dalam cerita rakyat terjadi. Latar mencakup latar tempat (lokasi geografis), latar waktu (periode waktu), dan latar sosial (keadaan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat dalam cerita). Latar dalam cerita ini sering mencerminkan keadaan masyarakat yang menciptakannya.
  5. Gaya bahasa: Gaya bahasa adalah cara penggunaan bahasa dalam cerita rakyat yang mencerminkan ciri khas dan keunikan pengarang atau budaya yang menciptakan cerita tersebut. Gaya bahasa dalam cerita ini sering kali sederhana, lugas, dan mudah dipahami oleh pembaca atau pendengar.
  6. Sudut pandang: Sudut pandang adalah cara pandang atau perspektif yang digunakan untuk menyampaikan cerita rakyat. Sudut pandang dalam cerita ini  bisa berupa sudut pandang orang pertama (tokoh utama yang menceritakan), sudut pandang orang kedua (pembaca atau pendengar diajak untuk ikut serta dalam cerita), atau sudut pandang orang ketiga (naratif atau pencerita yang menceritakan kisah).
  7. Amanat atau pesan moral: Amanat adalah pesan moral atau kearifan lokal yang ingin disampaikan melalui cerita rakyat. Amanat biasanya terkait dengan nilai-nilai yang dianggap penting oleh masyarakat pencipta cerita, seperti kejujuran, keberanian, kesetiaan, dan keadilan.

Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah elemen-elemen yang ada di luar karya sastra, termasuk cerita rakyat, yang mempengaruhi pembentukan dan pemahaman karya tersebut. Berikut ini adalah unsur ekstrinsik cerita rakyat yang dijelaskan secara lebih rinci, detail, dan lengkap:

  1. Latar belakang sosial budaya: Cerita rakyat mencerminkan kehidupan sosial budaya masyarakat yang menciptakannya. Adat istiadat, kepercayaan, nilai-nilai, dan norma yang ada dalam masyarakat akan mempengaruhi cerita yang dihasilkan. Pemahaman tentang latar belakang sosial budaya akan membantu kita memahami pesan, simbol, dan makna yang terkandung dalam cerita rakyat.
  2. Sejarah dan peristiwa: Cerita rakyat seringkali terkait dengan sejarah dan peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Kejadian sejarah, legenda, atau mitos yang berkaitan dengan asal-usul suatu tempat, tokoh, atau fenomena alam dapat menjadi inspirasi bagi cerita ini. Pemahaman tentang sejarah dan peristiwa ini akan membantu kita memahami konteks dan latar belakang cerita.
  3. Geografi dan lingkungan: Lokasi geografis dan kondisi lingkungan tempat cerita rakyat berasal juga mempengaruhi pembentukan karya tersebut. Flora, fauna, dan keadaan alam yang khas di suatu daerah akan memberikan nuansa tersendiri pada cerita ini. Pemahaman tentang geografi dan lingkungan akan membantu kita mengapresiasi latar dan suasana cerita.
  4. Faktor politik dan ekonomi: Faktor politik dan ekonomi pada masa penciptaan cerita rakyat dapat mempengaruhi isu dan konflik yang diangkat dalam cerita. Kondisi perekonomian, sistem pemerintahan, dan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat akan memberikan warna pada cerita yang dihasilkan. Pemahaman tentang faktor politik dan ekonomi ini akan membantu kita memahami konteks cerita secara lebih menyeluruh.
  5. Psikologi dan karakteristik tokoh: Kepribadian, motivasi, dan emosi tokoh dalam cerita rakyat seringkali dipengaruhi oleh latar belakang sosial budaya, sejarah, dan kondisi lingkungan tempat mereka berasal. Pemahaman tentang psikologi dan karakteristik tokoh ini akan membantu kita memahami perjuangan dan konflik yang dihadapi oleh tokoh dalam cerita.
  6. Tradisi lisan dan tulisan: Cerita rakyat seringkali diwariskan melalui tradisi lisan dan tulisan dari generasi ke generasi. Pemahaman tentang tradisi ini akan membantu kita menghargai cara penyampaian, perubahan, dan adaptasi cerita sepanjang waktu.

Baca Juga: 4 Contoh Teks Editorial Beserta Pengertian, Fungsi, Dan Tujuan

Perbedaan Cerita Rakyat dan Karya Tulis Lainnya

Cerita rakyat memiliki beberapa perbedaan yang mencolok jika dibandingkan dengan jenis karya tulis lainnya, seperti novel, cerpen, atau puisi. Berikut ini beberapa perbedaan yang dapat kita temukan:

  1. Jenis cerita ini diwariskan secara turun-temurun melalui lisan atau tulisan, sedangkan karya tulis lainnya biasanya diciptakan oleh penulis tertentu dan tidak diwariskan secara turun-temurun.
  2. Cerita ini bersumber dari kebudayaan masyarakat dan mencerminkan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tersebut, sedangkan karya tulis lainnya bisa berasal dari imajinasi penulis atau pengalaman pribadi.
  3. Cerita ini seringkali memiliki pesan moral dan kearifan lokal yang ingin disampaikan, sedangkan karya tulis lainnya bisa memiliki pesan yang lebih luas atau bahkan tidak memiliki pesan moral sama sekali.
  4. Tokoh-tokoh dalam cerita rakyat bisa berupa manusia, hewan, atau makhluk gaib, sedangkan tokoh dalam karya tulis lainnya biasanya terbatas pada manusia atau makhluk fiksi yang diciptakan oleh penulis.

Pentingnya Melestarikan Cerita Rakyat

Dalam konteks kebudayaan dan pendidikan, melestarikan cerita rakyat sangat penting untuk menjaga keberagaman dan kekayaan budaya bangsa. Berikut adalah beberapa alasan mengapa kita perlu melestarikan cerita rakyat:

  1. Memperkaya khazanah budaya: Cerita rakyat merupakan bagian dari kekayaan budaya suatu bangsa. Dengan melestarikannya, kita turut menjaga keberagaman dan kekayaan budaya yang dimiliki.
  2. Mengajarkan nilai-nilai luhur: Jenis erita ini sering mengandung pesan moral dan kearifan lokal yang dapat dijadikan pedoman hidup. Melestarikan cerita berarti turut menyampaikan nilai-nilai luhur tersebut kepada generasi penerus.
  3. Mempertahankan identitas budaya: Jenis cerita ini mencerminkan kearifan lokal dan ciri khas suatu masyarakat. Melestarikannya dapat membantu mempertahankan identitas budaya yang unik dan otentik.
  4. Sarana pendidikan dan hiburan: Jenis cerita ini dapat menjadi sumber belajar dan hiburan yang menarik, khususnya bagi anak-anak. Melestarikan cerita rakyat memungkinkan kita untuk mengenal lebih dalam tentang sejarah, budaya, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat pendahulu.

Kesimpulan

Cerita rakyat merupakan warisan budaya yang kaya akan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal. Melalui eksplorasi mendalam mengenai pengertian, ciri-ciri, unsur-unsur, dan jenis-jenis cerita rakyat, kita dapat lebih menghargai keberagaman budaya yang ada dan menjaga kelestarian jenis cerita ini sebagai bagian dari kekayaan budaya bangsa. Dengan memahami perbedaan antara cerita rakyat dan karya tulis lainnya, kita juga dapat lebih menghargai keunikan dan kekhasan jenis cerita ini sebagai warisan budaya yang tak lekang oleh waktu.

Referensi:

  • Kartodirdjo, S. (1984). Pengantar Sejarah Indonesia Baru. Jakarta: PT. Gramedia.
  • Danandjaja, J. (1991). Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng dan Lain-lain. Jakarta: PT. Gramedia.

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

/* */