Saham BBRI | Prospek Bank Rakyat Indonesia Persero

Saham BBRI merupakan portfolio yang paling populer di Indonesia dalam hal BUMN. Bagaimana tidak, karena prospek serta laju perkembangan nilai atau harga saham bank BRI cukup melonjak dan membaik dari waktu ke waktu. Lantas menurut pemain saham, apakah BBRI layak untuk dijadikan core portfolio?

Artikel ini juga akan mencoba untuk memberikan gambaran terbaru atau harga historis Bank Rakyat Indonesia Persero secara realtime. Tayangan grafik yang akan ditampilkan tidak hanya meliputi saham BBRI saja, namun hampir setiap saham yang terkandung di dalam bursa saham di Indonesia. Widget yang akan digunakan dipublikasikan oleh TradingView secara online langsung (realtime).

Prospek Bank Rakyat Indonesia Persero

Saham BBRI Bank Rakyat Indonesia

Di Indonesia terdapat beberapa Bank yang berada di bawah naungan BUMN, atau biasa disebut sebagai Bank BUMN, salah satu nya adalah Bank BRI. BRI merupakan singkatan dari Bank Rakyat Indonesia yang merupakan salah satu Bank dengan usia terlama atau tertua di Indonesia, karena sudah melebihi 1 abad lamanya. BRI juga sudah memiliki banyak sekali jaringan berupa kantor cabang yang telah tersebar di seluruh pelosok Indonesia.

Tidak cukup dengan predikat sebagai salah satu Bank dengan usia tertua, namun BRI juga terbesar karena sebaran nya yang merata di Nusantara. Selain itu, Bank BRI berhasil mendapatkan profit tertinggi semenjak tahun 2018. Profit besar ini berhasil mengalahkan Bank BUMN lainnya, salah satunya adalah Bank Mandiri.

Baca Juga : 10 Tips Belajar Saham Untuk Pemula

Begitu luasnya jaringan yang dimiliki Bank BRI di seluruh Indonesia yang berkaitan dengan lini fokus usaha bank mereka, yaitu usaha kecil menengah (UKM) dan juga usaha mikro. Elevenconsignment menarik data kredit dari Bank BRI (BBRI) yang berhasil meraih 70% kredit yang digelontorkan untuk UMKM di Indonesia.

Beberapa keuntungan yang diraih BRI dari kredit UMKM, diantara nya :

  1. Memiliki daya tahan yang kuat terhadap krisis ekonomi
  2. Memiliki spread bunga yang tinggi
  3. Sebagai penyalur utama KUR
  4. Trend harga saham BBRI yang cenderung naik tiap periode nya

Kamu bisa melihat live chart BBRI di bawah ini


1. Kuat Terhadap Krisis Ekonomi

BRI mencatat bahwa jaringan pada UMKM memiliki data kemampuan yang cukup kuat terhadap menghadapi krisis ekonomi. Pembelajaran diambil dari beberapa kali krisis yang pernah terjadi kepada ekonomi di Indonesia, tepatnya pada tahun 1998 dan juga pada tahun 2008. Pada tahun-tahun tersebut dapat terlihat bahwa sektor bisnis khususnya UMKM masih bisa bertahan dengan gejolak ekonomi saat itu.

2. Memiliki Spread Bunga yang Tinggi (Besar)

Bank BRI terkenal memiliki spread kredit untuk UMKM yang berada di atas rata-rata kredit pada korporasi. Hal ini memungkinkan BRI dapat mendapatkan bunga yang lebih tinggi dan kualitas kredit yang jauh lebih baik lagi dengan memfokuskan lebih banyak pinjaman kepada usaha kecil.

3. Penyalur Utama KUR

Kredit Usaha Rakyat atau disingkat menjadi KUR merupakan suatu program kredit yang telah disiapkan oleh Pemerintah Indonesia untuk mendukung usaha rakyat. Pemberian bunga KUR sebesar 5% per tahun nya (BRI sebagai penyalur KUR utama). Walaupun bersifat subsidi, namun jika dilihat angka yang digelontorkan pun sangat fantastis yaitu berjumlah triliunan.

4. Trend Saham BBRI

Saham BBRI Trend Pertumbuhan

Seperti yang terlihat pada chart saham BBRI di atas menunjukan adanya peningkatan yang cukup baik dari tahun ke tahun. Jika pembaca menggeser waktu pada tahun 2004, terlihat bahwa saat itu pun Bank BRI sudah Go-Public dan berarti sudah lebih dari 16 tahun menempati posisi pada Bursa Efek Indonesia.

Kami melihat tren harga saham Bank BRI yang baik karena didukung dengan kinerja Bank yang solid, sebagai contoh kinerja bank BRI pada tahun 2009 hingga 2019, diantaranya :

  • Aset pada Bank BRI naik tajam sebesar lebih dari 300% dari 317 Triliun menjadi 1.414 Triliun
  • Selanjutnya dilihat pada sisi ekuitas Bank BRI yang meningkat jauh sebanyak 670% yaitu dari 27 Triliun menjadi 208 Triliun
  • Kemudian pada profit pun sama, terjadinya lonjakan sebesar 380% dari hanya sebesar 7 Triliun, jauh melesat ke angka 34 Triliun

Peningkatan saham BBRI yang selalu meningkat memberikan efek yang baik pula kepada para pemegang saham. Dalam hal ini Bank BRI kerap sering memberikan sebuah deviden yang rapih setiap tahun kepada para pemegang saham tanpa tertunda.

Pada saat pandemi Covid-19 menjadi saat penentu mengenai bagaimana kinerja Saham BBRI ke depan nya? Apakah akan sama dengan tahun sebelumnya (sebelum masa pandemi)? Akankah bertahan? atau malah akan menurun dengan tajam?

Pembaca yang ingin mengetahui kinerja bank BRI selama pandemi, mungkin bisa diproyeksikan dengan kondisi terkini laporan keuangan BRI pada tahun 2020 kuartal I.

Kinerja Saham BBRI Terupdate

Saham BBRI Kinerja Kredit Bank BRI

Terlihat pada laporan keuangan Bank BRI kuartal I pada tahun 2020, menunjukkan bahwa BRI berhasil meraup laba sebesar Rp 8 Triliun yaitu pada periode Januari hingga Maret 2020, hal ini tidak berbeda jauh pada periode tahun 2019 kuartal I. Namun bisa terlihat bahwa walaupun tidak terlihat signifikan penurunan di tahun 2020, tetapi bisa terlihat bahwa di beberapa indikator keuangan mulai memperlihatkan efek yang negatif akibat pandemi Covid-19.

Terdapat beberapa hal yang sebenarnya bisa dibahas lebih lanjut untuk mengetahui kinerja saham BBRI secara menyeluruh, di antara nya :

  1. Pertumbuhan Kredit BRI
  2. Pendanaan LDR BRI
  3. NIM BRI atau Net Interest Margin
  4. NPL BRI atau Non Performing Loan
  5. Provisi BRI
  6. Special Mention
  7. Restrukturisasi akan Kredit BRI
  8. Permodalan BRI
  9. ROA dan ROE
  10. Chart Harga Saham BBRI

Kesembilan hal di atas akan penulis coba jelaskan satu per satu agar lebih memudahkan pembaca untuk melakukan analisa kelayakan saham BBRI.

1. Pertumbuhan Kredit

Di dunia perbankan, kredit merupakan jantung bisnis yang menjadi penopang arus keuangan suatu Bank. Keuntungan yang dihasilkan dari kredit adalah terletak dari bunga yang dihasilkan dari kredit yang diberikan.

Pertumbuhan keuangan yang baik suatu bank tentu diikuti dengan arus pertumbuhan kredit yang digelontorkan atau direncanakan oleh bank kepada nasabah. Jika pertumbuhan kredit macet, maka bisa dipastikan bank akan mengalami lonjakan negatif keuangan mereka.

Jika dilihat historis dari pertumbuhan kredit, bank BRI memiliki catatan yang baik pada tahun 2020 kuartal I, yaitu mengalami kenaikan 10% pertumbuhan kredit jika dibandingkan dengan tahun 2019. Perbandingan kenaikan yang terjadi yaitu sebesar Rp 884 Triliun vs Rp 808 Triliun.

Berdasarkan data yang dilansir dari historis BRI, terlihat bahwa kredit segmen pada usaha mikro ialah menjadikan penopang yang utama bagi pertumbuhan BRI, laju pertumbuhan nya cukup besar yaitu dengan kontribusi dari 35% menjadi 36% dalam total kredit. Hal ini sesuai dengan apa yang telah Direktur Utama BRI sampaikan bahwa pada terget kontribusi usaha mikro akan mendapatkan 40% dari total penyaluran kredit yang terjadi.

Perlambatan pertumbuhan kredit mulai terlihat di akhir Maret 2020, hanya naik sebesar 3% dari awal 859 Triliun Rupiah menjadi 884 Triliun Rupiah. Memang masih mengalami peningkatan, namun bukanlah peningkatan yang diharapkan.

Faktor terbesar terjadinya peningkatan yang lambat karena adanya pandemi Covid-19. Dalam hal ini, nasabah harus bisa melihat dan memprediksi bagaimana kedepannya. Terutama melihat laju pertumbuhan kredit di kuartal II Tahun 2020 yang akan diprediksi mendapatkan pertumbuhan negatif karena bisa disebabkan dengan total penyaluran kredit yang menurun disertai dengan implikasi pendapatan bunga menurun.

2. Pendanaan pada LDR

Loan Deposit Ratio atau disingkat menjadi LDR juga ikut mempengaruhi nilai saham BBRI yang merupakan rasio pada pinjaman terhadap suatu simpanan yang berfungsi untuk menilai likuiditas dari bank tersebut, dengan adanya perbandingan antara pinjaman bank terhadap total simpanan nya dalam periode tertentu yang sama.

Jika LDR mampu menampilkan hasil angka rasio yang tinggi, maka bank tersebut bisa menggelontorkan dana yang banyak bahkan dengan seluruh dana yang dimiliki bank tersebut. Hal seperti itu biasanya menunjukan bahwa bank tersebut relatif memiliki nilai yang tidak likuid.

Pengukuran akan ketersediaan pendanaan menggunakan LDR sebagai indikator dikurang perbandingan kredit terhadap simpanan.

LDR Bank BRI contohnya, di bulan Maret 2020 ialah sebesar 90% tidak menunjukan banyak perubahan dibandingkan tahun 2019 (lihat grafik di atas sebelumnya). Hal ini dapat diartikan bahwa BRI memiliki sumber pendanaan yang bisa saja memenuhi akan kebutuhan kredit yang ada, bahkan jika terdapat ruang kredit bank BRI tumbuh bisa lebih meningkat lagi, hal ini dikarekanan masih terdapat suatu simpanan yang belum diberikan pinjaman.

3. NIM BRI

Net Interest Margin (Margin Bunga Bersih) atau disingkat NIM, merupakan suatu ukuran yang dipergunakan sebagai pembeda antara bunga pendapatan yang telah didapatkan bank atau Lembaga keuangan tertentu serta jumlah bunga yang dialokasikan kepada pihak pemberi pinjaman.

NIM BRI pada kuartal I 2019 menunjukkan adanya sedikit penurunan dari 6,88% menjadi 6,66%.

4. NPL BRI

Non Performing Loan (NPL) merupakan bentuk dari indikator kesehatan suatu aset pada lembaga keuangan tertentu, baik lembaga bank maupun fintech. Biasanya NPL berbentuk sebuah rasio keuangan pokok yang memiliki kapasitas mampu memberikan informasi penilaian terhadap kondisi suatu permodalan tertentu, rentabilitas, resiko pada kredit, resiko pada pasar yang ada, hingga pada nilai likuiditas lembaga tersebut.

Saat pandemi menyebabkan banyak sekali bank yang mengalami penurunan kualitas nilai likuidatas. Sebagai contoh bank BRI, data menunjukan pada kuartal I tahun 2020 mencapai 2,81%, walaupun masih di bawah standar BI yaitu 5%, namun NPL BRI masih terbilang meningkat. Jika dilihat dari periode yang sama di 2,33%, lalu di akhir 2019 menjadi 2,62%. Dibandingkan beberapa tahun sebelumnya, BRI belum pernah mencatat adanya peningkatan NPL seperti jaman pandemi Covid-19 ini.

Tetapi hal ini masih bisa menjadikan saham BBRI menjadi saham yang bisa dipilih, karena walaupun adanya penurunan dan peningkatan yang terhambat, BRI masih di atas rata-rata bank lain dan masih dalam batas wajar dari apa yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia (masih di atas standar BI).

5. Pencadangan (Provisi)

Bank Indonesia membuat sebuah ketentuan mengenai pencadangan, dinyatakan bahwa suatu bank wajib membuat pencadangan, atau istilah singkatnya CKPN dalam arti Cadangan Kerugian Penurunan Nilai untuk pinjaman yang telah diprediksikan mengalami kegagalan dalam membayar.

Bank BRI pada tahun 2020 kuartal I memiliki peningkatan CKPN yang cukup signifikan dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp 4 Triliun, dan kini tahun 2020 menjadi Rp 6 Triliun. Peningkatan yang dialami hampir melebihi 38%, sedangkan peningkatan kredit pada BRI hanya sekitar 10% pada periode yang sama.

Apa dampaknya? Akibat dari peningkatan pencadangan ini membuat lama Bank BRI mengalami stagnan pada kuartal I 2020, jika dibandingkan tahun 2019. Padahal sebelum dikurangi pada biaya pencadangan, laba pada BRI naik sekitar 13%.

6. Special Mention

Pernah mengalami menjadi nasabah yang telah memiliki tunggakan selama 90 hari? Jika seperti itu, maka nasabah tersebut termasuk ke dalam NPL, dalam arti bank telah memiliki anggapan bahwa nasabah yang memiliki tunggakan hingga 90 hari kecil kemungkinan recovery, dan menjadi perhatian utama bank sebagai kriteria Non Performing Loan (NPL).

BRI telah mencatat memiliki kenaikan pada porsi kredit “special mention” yang cukup jelas (tajam) dari semula pada akhir tahun 2019 sebesar 3,93% namun pada Maret 2020 menjadi sebesar 6,19%.

7. Restrukturisasi Kredit

Saham BBRI Restrukturisasi Kredit

Dampak Covid-19 sangat luar biasa, hingga menyentuh Bank besar di Indonesia salah satunya Bank Rakyat Indonesia Persero (BRI Persero) sebagai Bank BUMN. Dampak yang terasa adalah BRI terpaksa meningkatkan pemberian restrukturisasi kredit kepada nasabahnya. Awal mulanya terasa pada Maret hingga April 2020, dan masih berlangsung tinggi sampai sekarang Juni 2021.

Perekonomian di Indonesia melemah mengikuti pandemi Covid-19 yang tidak juga kunjung reda atau hilang. Begitu banyak debitur yang menghadapi kesulitan dalam membayar kredit yang telah berjalan, sehingga mereka terpaksa mengajukan relaksasi kredit.

Total relaksasi kredit dari Bank BRI telah menyentuh angka fantastis yaitu 100 Triliun Rupiah pada akhir bulan April tahun 2020. Kisarannya sebesar atau hingga 11% dari total portfolio kredit yang ada, hal ini merupakan jumlah yang fantastis bagi bank BUMN (Bank BRI).

Dengan meroketnya jumlah pengajuan relaksasi atau restrukturisasi kredit dari debitur, tentu menjadi tongkat pukul yang keras terhadap nilai saham BBRI yang ada di Bursa. BRI harus memikirkan strategi yang cukup strategis dan berkesinambungan untuk lepas dari perlemahan akibat pandemi ini.

8. Permodalan BRI

Terlepas dari nilai saham BBRI yang sebenarnya masih prospek walaupun masuk dalam kategori perlambatan laju pertumbuhan, namun BRI termasuk ke dalam Super Capitalized Bank. Artinya Bank BRI memiliki modal yang sangat kuat yang dapat dicerminkan dari nilai CAR nya yang dapat mencapai 18%, besaran ini jauh di atas persyaratan CAR yang ada yaitu sebesar 8% saja.

CAR merupakan singkatan dari Capital Adequacy Ratio yang artinya rasio kecukupan modal yang ada berguna untuk menampung segala resiko kerugian yang akan dihadapi atau sedang dihadapi.

9. ROE dan ROA

Sampai sini apakah sudah jelas bagaimana prospek Saham BBRI?

Jika masih belum yakin, sebenarnya ada satu lagi indikator yang bisa digunakan nasabah atau pemegang saham, yaitu Return on Equity (ROE) yang merupakan sebuah profit dibandingkan ekuitas, dalam arti bahwa berapa besaran persentase bank yang dapat menghasilkan return atau profit jika dibandingkat ekuitas yang ada dari pemegang saham yang ditanamkan pada perusahaan.

Data pada kuartal I 2020 menunjukkan bahwa BRI mendapatkan ROE sebesar 19,95% yang merupakan peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu berada pada persentase 17,86%. Hal ini memperlihatkan bahwa efektivitas perusahaan dalam menggunakan suatu modal dari pemegang saham.

Di setiap industri perbankan, ada indikator selain ROE sebagai perbandingan, yaitu ROA atau Return on Asset. Di mana ROA lebih sering digunakan karena memiliki sifat bisnis perbankan yang menggunakan banyak dana masyarakat, sehingga analisis melihat ini sebagai hal yang lebih tepat dibandingkan ROE.

ROA pada BRI mengalami penurunan ke angka 2,99% dari sebelumnya sebesar 3,28% di tahun sebelumnya. Semua ini bisa terjadi kemungkinan karena pandemi Covid-19 karena adanya peningkatan aset yang tidak diimbangi dengan laju peningkatan pada profit.

Walaupun begitu, anga ROA pada BRI lebih tinggi 2% di antara bank-bank pada kelasnya di Indonesia.

10. Chart Harga Saham BBRI

Dapat dilihat bahwa pada market nampaknya dapat langsung mengantisipasi dampak negatif dari Covid-19 terhadap kinerja Bank BRI dengan adanya dorongan harga saham BBRI yang turun cukup tajam sejak Maret 2020.

Walaupun dapat dikatakan bahwa laporan keuangan BRI pada kuartal I masih bisa memberikan hasil yang cukup baik, tetapi pasar saham yang memberi nilai forward-looking sudah cukup menghimbau bahwa krisis yang terjadi kepada ekonomi akibat dari pandemi akan berdampak buruk secara signifikan kepada industri dunia perbankan.

Tidak hanya saham BBRI, namun hampir seluruh market di Bursa Efek Indonesia mengalami penurunan. Saham BBRI mengalami penurunan dalam sekali ke titik terendah di pertengahan Mei 2020 sebesar Rp 2.240 yang sebelumnya berada di angka Rp 4ribuan pada bulan Februari 2020.

Masih banyak hal yang bisa dilakukan untuk melihat prospek dari saham BBRI. Salah satunya bisa dengan melakukan valuasi saham. Hal ini akan di bahas selanjutnya pada kalimat di bawah ini.

Valuasi Saham BBRI

Saham BBRI Valuasi Saham BRI

Apapun jenis analisa nya sebagian besar akan berujung kepada valuasi atau penilaian suatu saham (kelayakan saham Bank BRI).

Kapankah saham BBRI layak untuk dibeli dan di angka berapakah harganya? Untuk memberikan jawabannya perlu dilakukan melihat lebih dalam valuasi saham BBRI dengan dua hal, yaitu secara jangka panjang dan yang kedua adalah dengan valuasi PBV BRI.

A. Jangka Panjang

Masih banyak yang menyakini bahwa Bank BRI masih sebagai perusahaan perbankan dengan kekuatan ekonomi paling kuat di Indonesia, karena memiliki keahlian dan pengalaman yang akan sulit ditandingi oleh bank manapun, khususnya bank yang memfokuskan sektor kredit UMKM di Indonesia.

Krisis ekonomi yang baru terjadi yaitu pada saat di mulai nya pandemi Covid-19 pada tahun 2020. Pandemi ini berhasil menggoyang kinerja BRI yang terlihat signifikan pada laporan keuangan kuarta II dan III.

Akan tetapi, bank BRI masih dapat bertahan (walaupun mengalami perlambatan pertumbuhan), dikarenakan beberapa alasan seperti:

  • Modal yang sangat kuat dimiliki oleh BRI dengan perolehan CAR sebesar 18%
  • Baiknya manajemen yang dengan cepat melakukan beberapa antisipasi krisis yang terjadi, beberapa di antara nya ialah dengan melakukan penambahan pencadangan kredit-kredit yang macet secara signifikan, membuka restrukturisasi secara agresif kepada debitur yang dirasa akan mengalami kesulitan membayar (lebih dari 60 hari)
  • BRI sebagai BUMN yang memiliki posisi vital pada sektor UMKM, hal ini mengakibatkan pemerintah akan berupaya sepenuhnya untuk mempertahankan BRI. Contoh yang dapat dilihat adalah pada baru-baru ini pemerintah telah mengalokasikan dana senilai 30 Triliun Rupiah ke sejumlah bank BUMN, termasuk juga BRI.

Jika dilihat dari beberapa hal di atas, menurut pengamatan sudah sepantasnya Saham BBRI masih menjadi pertimbangan yang layak untuk investasi jangka panjang di atas 1 tahun.

Banyak dari pemain saham melihat bahwa turunnya harga saham BBRI merupakan kesempatan atau peluang terbaik untuk membeli saham blue-chip ini sebanyak-banyaknya dan tentu dengan harga yang murah.

Namun perlu juga mengantisipasi psikologis dengan rencana yang ingin dilakukan, karena walaupun bagaimanapun pada pandemi ini harga saham bank BRI mengalami fluktuasi yang lumayan sering bergejolak dan akan terus seperti itu sepanjang tahun 2020-2021 (selama pandemi Covid-19 belum berakhir total).

B. Valuasi PBV BRI

Penentuan harga layak atau patokan dari harga saham memerlukan alat valuasi. Patokan ini dalam perbankan sering menggunakn Prive to Book Value (PBV) dengan rasio harga saham terhadap nilai ekuitas (aset dikurangi dengan kewajiban) setiap saham.

Dapat diberikan pengamatan sebelum krisis PBV BBRI yang tetap bermain di angka 2,5x. Sangat jarang PBV BBRI mengalami penurunan yang tajam, dan juga cukup konsisten ada kisaran angka tersebut, membuktikan bahwa BRI memiliki refleksi kinerja yang solid.

Walaupun seperti itu, pada akhirnya BRI mengalami penurunan yang cukup drastis terhadap saham BBRI di BEI sejak bulan Maret tahun 2020, mengalami penurunan angka PBV hingga dua kali lipat (hampir 2x nya), bahkan jika ditelaah maka terlihat bahwa pernah juga mengalami penurunan tingkat terendah sepanjang 10 tahun terakhir.

Seandainya masuk saat PBV berada di bawah 2x maka hal ini bisa dijadikan acuan untuk melakukan investasi jangka panjang. Jika pandemi masih berlangsung, maka akan sulit untuk mengembalikan harga saham ke titik sebelum pandemi terjadi.

Pada bulan Juni 2021, pemerintah mulai gencar mengadakan vaksin corona. Hal ini tentu sangat disambut dengan baik oleh para pemegang saham di BEI.

Kesimpulan

Saham BBRI dari Bank Rakyat Indonesia merupakan salah satu saham yang cukup difavoritkan oleh banyak orang. BBRI merupakan saham yang dapat disebut sebagai blue-chip karena diperkirakan dapat memberikan kenaikan saham secara konsisten (terus menerus) dari tahun ke tahun berikutnya.

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 5 / 5. Vote count: 7789

No votes so far! Be the first to rate this post.

/* */